Rabu, 25 Januari 2017

Cerpen Remaja "No Pacaran"


Sore itu begitu cerah, tak ada mendung sama sekali bahkan cenderung panas. Namun teriknya suasana sore tidak mengalahkan niatku untuk kembali berangkat ke sekolah, berlatih ekskul paskib. Tidak seperti hari-hari latihan lainnya sore itu aku benar-benar semangat. Semangku bukan karena akan latihan ekskul namun sejujurnya lebih karena nanti di ekskul aku tentu akan bertemu dengan orang yang aku sayangi.

Aku adalah siswa kelas 1 sekolah menengah atas, panggil saja aku dengan sebutan Lara. Aku merupakan salah satu siswa berprestasi, sudah sejak sekolah dasar aku selalu dapat peringkat. Saat lulusan SMP kemarin aku dapat juara umum dan mendapatkan hadiah dari bapak kepala sekolah. Karena itulah orang tuaku sangat bangga padaku, bagaimana tidak, selain cantik, pintar aku juga rajin menabung, he e e e.... Ya, setidaknya begitulah kata sebagian besar teman-temanku.

Saat ini aku masih kelas 1 dan sudah dapat setengah semester tapi aku tetap tenang meskipun sudah mendekati semester karena selama ini aku sudah belajar seperti biasanya. Aku memang rajin, dan selalu memperhatikan guru jadi meski aku jarang mengulang pelajaran yang diajarkan namun aku tetap bisa dan mengerti, buktinya saat ada ulangan harian aku selalu mendapatkan nilai bagus. Karena itulah aku santai dalam belajar karena aku yakin aku pasti bisa mendapatkan peringkat.

Kembali ke acaraku hari ini, sekarang aku sudah selesai siap-siap dan akan berangkat ke sekolah. Aku sudah tidak sabar ingin cepat sampai disana. Karena aku akan bertemu dengan David, kakak senior yang siang tadi telah menyatakan cintanya padaku. Siang tadi adalah hari bersejarah karena aku dan David sudah berikrar untuk pacaran.
"Ma..... aku berangkat ekskul....!"
"Ya..... hati-hati di jalan....!

Rumahku tidak begitu jauh dari sekolah, jadi aku jalan kaki. Baru beberapa meter berjalan tiba-tiba adalah suara motor di belakangku. Aku menoleh dan ternyata David sudah tepat mengendarai motor di belakangku.
"Mau bareng gak....yuk..."
"Yuk,.."

Meski hanya beberapa meter tapi akhirnya aku berankat berdua bersama David dengan motor.... "Kenapa tadi tidak menunggu saja di depan rumah?" ucap David. "Iya.... aku nunggu sambil jalan, kiraian kakak udah berangkat" jawabku dengan malu-malu.

Selama di perjalanan hatiku berdebar kencang, baru kali ini aku merasakan hal seperti itu. Dan saat aku turun dari motor ia menatapku dengan penuh mesra. Aku tak kuasa menahan malu dan aku langsung berlari menghambur ke arah teman-teman yang lain.

Begitulah, melalui aktivitas ekskul paskib aku menjadi semakin dekat dan semakin akrab dengan David. Bahkan bukan hanya saat kegiatan paskibra saja tapi di luar itu pun aku sudah mulai sering berdua dari pulang bareng, berangkat bareng, dikantin bareng dan lain - lain.

Karena ada David aku sekarang tambah rajin ke sekolah. Bahkan pernah sekali waktu aku kurang enak badan tetapi aku memaksakan diri ke sekolah meski akhirnya aku harus pulang. Saat itu bahkan aku sampai di marah oleh ayah dan ibuku karena teledor dan ceroboh dalam menjaga kesehatan.

Semakin hari aku semakin banyak menghabiskan waktu di sekolah, berangkat pagi, siang pulang dan sore pun aku pasti ada alasan untuk berangkat lagi ke sekolah. Aku semakin sibuk, ada banyak kegiatan mulai dari belajar kelompok, kegiatan ekskul, basket dan lain sebagainya. Tak terasa satu semester hampir selesai, minggu depan kami sudah harus menghadapi ujian semesteran.
"Yang, minggu depan sudah semesteran, itu berarti kita tidak bisa ketemuan seperti biasa ya..."
"Iyalah kak, namanya mau ulangan ya belajar...."
"Tapi apa kakak bisa ya kalau seminggu tidak bertemu kamu?"
"Em... aku juga mungkin seperti itu kak, pasti akan kangen...."

Percakapan sore itu terputus sampai disitu karena tiba-tiba saat kami sedang jalan di depan rumah dari sekolah ayahku memanggilku dari halaman. Terpaksa, dengan sedikit khawatir aku mempercepat langkah dan kami berpisah tanpa kata.

Seminggu berlalu, kini tinggal menunggu hasil semester, aku optimis pasti mendapatkan peringkat karena soalnya mudah. Tapi.... ternyata hasil di luar yang aku harapkan.
Saat itu hasil semester ternyata tidak memuaskan, dari semua mata pelajaran hanya dua yang mendapatkan nilai 9 dan yang lain di bawah 8. Semua hasil telah dibagikan dan hasil ulangan tersebut sudah di tangan orang tuaku.

"Lara....coba sini....!" panggil ayah dari ruang TV
"Iya yah...." jawabku
"Ini apa...?" ucap ayahku sambil menunjukkan hasil nilai semester yang aku dapat
"Iya yah....maaf...." jawabku dengan menunduk, aku benar-benar takut
"Kenapa minta maaf, ini nilai kamu, yang butuh kamu, ayah dan ibu gak butuh nilai jadi minta maaf sama diri kamu sendiri..." ucap ayahku dengan nada lebih keras
"Nilai ulanganmu bagus-bagus tapi kenapa ini seperti ini? bunda menimpali
"Lara sudah lupa belajar, dia sibuk main, pacaran dia nda..." ucap ayah dengan ada keras.
"Benar Lara.....?" tanya bunda
"Aa.....tidak bunda...." jawabku dengan gugup
"Terserah kamu mau jujur sama ayah dan ibu ato tidak, pokoknya no pacaran!" ucap ayah "kalau sampai ayah lihat kamu nggak bisa dipercaya ayah dan bunda bakal keluarkan kamu dari sekolah, lebih baik kamu dinikahkan saja sekalian!" lanjut ayah.

Ya, hari itu mendung gelap menyelimuti hati dan perasaanku. Ternyata, apa yang aku lakukan selama ini salah dimata orang tuaku, aku tidak boleh pacaran dan mereka tahu bahwa aku pacaran. Entah dari mana mereka tahu, aku sangat heran. Saat itu aku tidak berani keluar, aku tiduran di kamar sambil pusing dan gelisah. Aku tidak tahu harus bagaimana, aku tidak bisa memutuskan David tapi aku juga tidak bisa menentang orang tuaku. Masih dalam keadaan pusing tiba-tiba bunda masuk ke kamar....

Sambil mengelus rambutku ia berkata "bukan kami tak sayang kamu Lara, ayah bunda ingin memberikan yang terbaik. Coba bayangkan, baru segini saja kamu sudah tidak fokus belajar lalu bagaimana nanti?" Aku hanya terdiam mendengar perkataan bunda. "Sudah kamu tidak usah sedih, pada waktunya nanti kami akan dukung kamu, sekarang waktu kamu adalah untuk belajar, demi masa depan kamu..." ucap bunda. "Iya bunda.." jawabku pelan.

Diakhir percakapan itu bunda memberikan nasehat bahwa ayah dan bunda tidak akan memaksa, jika memang aku tidak setuju maka aku boleh pacaran tapi jika aku tahu maksud ayah dan bunda tentu aku akan menuruti nasehat mereka.

Malam itu aku tidak bisa tidur, sampai larut aku terus gelisah dan bingung tak menentu tapi akhirnya aku pasrah. Aku ingat pesan nenek bahwa aku sebagai anak pertama harus bisa menjadi kebanggaan keluarga, harus rajin belajar dan kuat menahan godaan. Akhirnya aku memutuskan untuk tidak lagi pacaran. Aku berikrar "No Pacaran" dalam hatiku.


--- Tamat --
sumber:http://kumpulan-cerpen-singkat-terbaru.blogspot.co.id/2015/07/cerpen-remaja-no-pacaran.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar